NewsPariwisataTerbaru

Wacana Mall Sintang, Pusat Bisnis Baru. Tahap pertama akan menelan biaya 600 Miliar

BORNEOBARU.ID – Sintang, belum lama ini akun Prokopim Pemerintah Daerah Sintang mengunggah pos instagram mengenai sebuah pertemuaan antara Pemda dan pihak investor dalam rangka mendengarkan expos rencana pengembangan eks lapter oleh Pangripta Consulting dan PT. Tanara Alam Lestari. Rencana pengembangan yang dimaksudkan ini ialah pembangunan kawasan pusat bisnis di Sintang.

Sekda Kabupaten Sintang Kartiyus menyampaikan bahwa telah mendengarkan dan menyimak penjabaran penjajakan kerjasama tersebut. “Kita masih penjajakan kerjasama dengan satu perusahaan. Sudah persentasi,”

Lebih lanjut Kartiyus menyampaikan bahwa akan ada pembangunan mall sintang dan hotel “Di sana akan dijadikan pusat bisnis. Pertama nanti akan dibangun mall, ada hotel bintang 3 bintang 4,”.

Kartiyus mengusulkan kepada investor untuk memprioritaskan pembangunan Pujasera sebelum memulai proyek hotel dan mall Sintang, sehingga pedagang kaki lima tidak harus dipindahkan selama proses pembangunan berlangsung.

“Pujasera untuk nampung PKL. Kita tidak mau bikin bangunan mewah tapi PKL tidak diurus. Dia setuju. Jangan bikin hotelnya dulu baru puja sera, jangan mall dulu kasian mereka. Jadi bagus pujasera dulu, supaya PKL tetap bisa dagang. Kita ndak perlu pindahkan mereka sampai pembangunan di sana perlu waktu sampai 8 tahun,” ungkap Kartiyus.

Kartiyus menyatakan bahwa saat ini rencana kerjasama pembangunan pusat bisnis Sintang dengan investor masih belum dibahas secara rinci. Namun, menurutnya, untuk tahap awal diperlukan investasi sebesar Rp 600 miliar.

“Investasi tahap pertama saja mereka sekitar 600 miliar. Karena ini besar nanti ada pusat perdagangan itu mall lalu hotel lalu pusat wisata kota. Dalam satu kawasan. Hanya soal pola kerjasama saat ini belum kota bicarakan. Karena bagi pemda harus dapat rejeki dari situ paling tidak PAD tiap tahun supaya nambah karena tanah punya kita,” kata Kartiyus.

Bagi warga Sintang sendiri hal ini tentu akan disambut dengan baik dan penuh antusias, mengingat bahwa perkembangan kota yang sudah pesat dan signifikan, namun belum memiliki kesan moderen karena belum adanya Mal.

Sudah Pernah ada Wacana Pembangunan Mal Sintang Sebelumnya

Jauh sebelum itu di tahun 2013 sebenarnya Pemda melalui Disperindagkop sudah pernah mengungkit kebutuhan akan adanya Mal sebagai pusat perbelanjaan yang jika disinergikan dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Kabupaten Sintang diharapkan dapat betul-betul mendorong bagi bergeraknya roda perekonomian bagi Kota Sintang dan Sekitarnya.

Namun, wacana itu tadi memang hanya sebatas harapan dan keinginan semata, manakala Pemda dan Dinas terkait ternyata hanya berharap akan kehadiran investor tanpa secara aktif mencari pendanaan dari investor.

Mall Sebagai Pusat Belanja, Rekreasi dan Lambang Kota Moderen

“Mall” adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada sebuah kompleks bangunan atau area yang berisi berbagai macam toko, restoran, bioskop, dan fasilitas lainnya, yang dirancang untuk keperluan berbelanja, hiburan, dan rekreasi. Mal umumnya memiliki berbagai toko yang menawarkan barang-barang dan layanan yang beragam, mulai dari pakaian, makanan, barang elektronik, hingga peralatan rumah tangga.

Mall biasanya memiliki berbagai fasilitas tambahan, seperti food court, area permainan anak-anak, bioskop, dan pusat kebugaran. Mereka juga sering menyediakan tempat parkir yang luas bagi pengunjung.

Mal sering dianggap sebagai tempat populer untuk berbelanja dan menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman-teman. Di banyak negara, mal merupakan salah satu destinasi hiburan utama bagi masyarakat, terutama pada akhir pekan atau hari libur.

Nama “mall” sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang pada awalnya merujuk kepada alun-alun atau jalan yang dikelilingi oleh toko-toko dan area perdagangan lainnya. Istilah ini mulai digunakan pada abad ke-18 di Inggris untuk merujuk kepada area perdagangan tertentu di kota-kota.

Pada awal abad ke-20, istilah “mall” mulai digunakan di Amerika Serikat untuk merujuk kepada pusat perbelanjaan modern yang lebih besar dan lebih terstruktur. Salah satu mall pertama yang terkenal adalah Southdale Center yang dibuka di Edina, Minnesota pada tahun 1956. Pada masa itu, pusat perbelanjaan ini disebut “mall” karena menawarkan lebih dari sekadar toko-toko, tetapi juga area perbelanjaan yang besar dan beragam.

Seiring dengan waktu, istilah “mall” menjadi semakin umum digunakan di berbagai negara untuk merujuk kepada kompleks perbelanjaan dan hiburan yang besar, yang terdiri dari berbagai macam toko, restoran, dan fasilitas lainnya. Nama “mall” telah melekat kuat dalam bahasa dan budaya populer sebagai istilah yang merujuk kepada pusat perbelanjaan modern.

Pada akhirnya kita semua berharap bahwa rencana pengembangan kawasan tersebut yakni guna menghidupkan kembali kawasan Eks Bandara sebagai kawasan pusat bisnis yang lengkap dan terpadu dengan menyediakan beragam fasilitas dan memanfaatkan aset yang telah ada, tentunya didukung dengan pengelolaan berkelanjutan yang mengutamakan potensi lokal dan memperhatikan lingkungan serta perekonomian masyarakat Sintang dan sekitarnya.

Bagikan ke sosial media