Tradisi Makan Saprahan, Warisan Nenek Moyang yang Perlu Dijaga
BORNEOBARU.ID – Setelah upacara peringatan Hari Jadi Kota Sintang, Pemda Sintang menggelar acara Makan Saprahan di Pendopo Bupati Sintang, pada Kamis, 15 Mei 2025 siang.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang Kartiyus dan Sultan Sintang Raden Barrie Danu Brata. Kedua tokoh tersebut menyampaikan agar Makan Saprahan ini dilestarikan oleh kelompo masyrakat di Sintang.
Baca Juga: 663 Tahun Kota Sintang: Upacara Penuh Makna dengan Nuansa Adat dan Pesan Persatuan
Sementara itu, Sekda Sintang, Kartiyus mengungkapkan bahwa kegiatan ini ialah tradisi nenek moyang yang bagus dan mesti dilestarikan.
“Di kampung juga ada tradisi makan bersama ini, hanya namanya beda-beda. Kita di kota ini khususnya etnis Melayu dinamakan Makan Saprahan. Kalau di kalangan etnis Dayak juga ada tradisi makan bersama, dan ini harus kita pertahankan. Inilah budaya kita, dan harus dilestarikan. Kalau bukan kita yang akan menjaga dan melestarikan tradisi nenek moyang ini, siapa lagi,” ungkapnya.
Di lain sisi, Sultan Sintang Raden Barrie Danu Brata menerangkan bahwa Makan Saprahan itu terdiri dari dua kelompok.
“Untuk Makan Saprahan di kalangan tokoh masyarakat disebut Saprah Agung. Untuk masyarakat umum dinamakan Saprah Anak Negeri,” terangnya.
Sultan Sintang juga menegaskan bahwa tradisi nenek moyang ini dilaksanakan untuk selamatan atau ungkapan syukur.
Baca Juga: Semarak Hari Jadi Sintang ke-663: Setiap Sekolah Bersaing Ketat Dalam Lomba Menyayikan Lagu Mars Sintang
“Makna saprahan ini adalah untuk merayakan atau selamatan atau syukuran untuk semua golongan masyarakat. Khusus hari ini, kita melaksanakan tradisi ini dalam rangka hari jadi Kota Sintang yang ke 663 Tahun 2025,” terang Sultan Sintang.
Selain itu, Sultan Sintang Raden Barrie Danu Brata juga sependapat agar Makan Saprehan dijaga dan dilestarikan, seperti dilaksanakan untuk acara tertentu.
“Makan Saprahan bisa menjaga kebersamaan diantara anak bangsa. Karena saat Makan Saprahan ini, kita bisa saling berkomuniasi satu dengan yang lainnya,” tutup Sultan Sintang.