Tari Giring-Giring Kalimantan Tengah
BORNEOBARU.ID – Ada sebuah tarian yang unik berasal dari suku Dayak Ma’anyan di Provinsi Kalimantan Tengah yang bernama Tari Giring-Giring. Tarian ini secara khusus berkembang di daerah Barito. Jenis tarian ini bukan hanya untuk mengiringi tamu yang dating, namun memiliki nilai dan makna yang tinggi bagi suku Ma’anyan. Sebuah tarian yang menunjukan kegembiraan dan semangat dari muda mudi dari derah Barito.
Baca Juga: Jurnalis Wanita Asal Banjarbaru Dibunuh oleh Oknum TNI AL
Asal-Usul
Kita dapat mengenal dua versi mengenai asal usul tarian ini. Versi pertama berasal dari suku Dayak Taboyan Bawo dan Siang Murung yang hidup di pedalaman Sungai Barito. Mereka memiliki sebutan yang berbeda mengenai tarian ini, yaitu Tari Tolang Totai, dapat diartikan sebagai ruas bambu dan tongkat kayu. Dalam sebuah cerita rakyat dieritakan bahwa ada seorang pemuda yang tersesat di dalam sebuah gua. Seorrang pemuda tersebut tersesat di sana kurang lebih dua hari dua malam. Ketika berada di dalm gua, ia mendengar rintik air yang terdengar sepeerti melantunkan alunan musik. Ketika berhasil keliuar dari gua, ia melihat penduduk desa tengah menari sambal menanam padi. Kemudian, hal ini menginspirasi dirinya untuk membuat alat musik dengan nama Tolang Totai atau salung.
Versi lain dari kisah ini berasal dari suku Dayak Ma’anyan dan Lawangan di bagian selatan Kalimantan Tengah. Dayak Ma’anyan memiliki ebutan yang berbeda pula untuk tarian ini, yaitu Tari Ganggereng atau Nampak. Mereka menggambarkan tarian ini sebgai kegembiraan masyarakat ketika menyambut para pejuan yang kembali dari medan perang.
Gerakan dan Properti Tari
Setiap tarian tentunya memili atribut atau property yang digunakan. Dalam tarian ini, pennari akan membawa dua tongkat yang memiliki ukuran yang berbeda. Satu tongkat yang memiiki ukuran lebih panjang dipegang di tangan kiri dan dihentakkan ke lantai. Sementara tongkat yang lebih pendek dipegang di tangan kanan dan digoyangkan untuk menghasilkan bunyi gemerincing dari biji piding atau ganggerang yang ada di dalamnya. Gerakan kaki penari mengikuti irama musik dengan langkah maju mundur serta ke kiri dan kanan, menciptakan harmonisasi antara gerakan dan suara yang dihasilkan.
Baca Juga: Pasar Terapung Sebagai Warisan Budaya
Kostum Penari
Penari pria biasanya mengenakan rompi dari kulit kayu nyamu dan celana panjang tiga perempat berwarna hitam. Kemudian, kostum tersebut dilengkapi dengan ikat kepala merah dengan daun rinjuang dan gelang kaki. Penari wanita memakai atasan lengan pendek seperti rompi dan rok sebatas lutut berwarna hitam dengan aksen merah. Setelah itu, ditambah dengan hiasan kepala berupa lawung dengan bulu burung Tingang atau Rangkong.
Makna dan Perkembangan Tari
Tari Giring-Giring melambangkan ungkapan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat Dayak Ma’anyan. Dahulu, tarian ini digunakan untuk menyambut para pejuang yang kembali dari perang sebagai simbol kemenangan dan penghormatan kepada leluhur serta alam. Kini, tarian ini juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial antar generasi muda dan memperkenalkan budaya Dayak Ma’anyan kepada masyarakat luas.
Menariknya, Tari Giring-Giring pernah ditampilkan pada desain uang pecahan dua ribu rupiah, menunjukkan pengakuan atas pentingnya tarian ini sebagai simbol budaya yang tak ternilai harganya.
Melalui pelestarian dan promosi Tari Giring-Giring, masyarakat Kalimantan Tengah berupaya menjaga warisan budaya leluhur dan memastikan generasi mendatang dapat terus menghargai serta merayakan keberagaman budaya yang ada di tanah Borneo.