Perjalanan Suku Dayak Menuju Perdamaian Melalui Tumbang Anoi
BORNEOBARU.ID – Tradisi ngayau telah lama ditinggalkan oleh orang Dayak. Di masa sekarang kita tidak lagi menemukan tradisi tersebut. Tentunya ini menimbulkan pertanyaan di benak kita semua. Kenapa tradisi ngayau dihentikan atau dihapus? Tentunya ada alasan yang mendasari tradisi ini tidak dilakukan lagi higga kini.
Alasan yang mendasari dihentikannya tradisi ngayau tercatat dalam sebuah perjanjian, Tumbang Anio. Perjanjian Tumbang Anoi ini dilaksanakan di desa Tumbang Anoi, kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Baca Juga: Menelusuri Makna Dan Misteri Tato Suku Dayak Sebagi Simbol Kesuburan, Kebebasan, dan Kehidupan
Alasan
Perjanjian ini dilatarbelakangi oleh perselisihan antar suku di Kalimantan, tradisi ngayau yang dilakukan oleh beberapa sub suku Dayak, dan menghentikan perbudakan. Selain itu, ada juga rumor yang mengatakan bahwa perjajian ini dilaksanakan karena kolonial Belanda takut terhadap suku asli Kalimantan tersebut.
Proses dan Hasil Perjanjian
Perjajian yng dilaksanakan pada tanggal 22 Mei hingga 24 Juli 1894 ini dihadiri oleh 152 perwakilan dari setiap sub suku Dayak yang ada di Kalimantan. Selain itu, pemerintah Belanda juga menghadiri pertemuan tersebut.
Baca Juga: Mencari Makna di Balik Tradisi Ngayau
Perjanjian ini tidak berjalan begitu saja sehingga memerlukan 3 tahun untuk menyelesaikannya. Ada sekitar 592 perkara dengan 96 pasal yang tertuang dalam Rapat hukum adat Dayak Tumbang Anoi (RDTA) tahun 1894. Perjajian ini pula sedikit menguntungkan pemerintah kolonial, sebab di dalam sebuah pasal tertulis masyarakat Dayak bersedia mengehntikan permusuhan dengan Pemerintah Hindia Belanda.
Meski demikian, perjanjian Tumbang Anoi sangatlah penting bagi suku Dayak. Perdamaian yang dirasakan hingga kini berasal dari sebuah desa di Kalimantan Tengah yang menjadi awal kesepakatan damai untuk menghentikan setiap perselisihan yang terjadi. Desa Tumbang Anoi telah melahirkan pemahaman yang merubah situasi sosial dan budaya suku Dayak.