BudayaTerbaru

Pasar Terapung Sebagai Warisan Budaya

BORNEOBARU.ID – Pasar terapung yang berada di Kalimantan Selatan bukan hanya sebgai tempat berdagang namun warisan budaya yang unik. Sebuah tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Berlokasi di Sungai Martapura dan beberapa sungai lainnya, pasar ini menjadi daya tarik wisata yang menggambarkan kehidupan masyarakat Banjar yang erat kaitannya dengan perairan.

Baca Juga: Korupsi Proyek PLTU 1 Kalimantan Barat

Sejarah Pasar Terapung

Keberadaan pasar ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14, bahkan sebelum berdirinya Kesultanan Banjar pada tahun 1595. Oleh karena keterbatasan akses transpertasi darat pada masa silam, masyarakat memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi dan bersosialisasi. Pada priode Kesultanan Banjar pada abad ke-16 sungai dijadikan sebagai jalur utama transportasi dan perdagangan yang mengubungkan setiap daerah dengan pusat kerajaan.

Para pedangan menjual hasil bumi menggunakan sampan yang biasa disebut jukung. Hasil bumi yang dijual ada berbagai macam seperti beras, buah-buahan, sayuran, hasil hutan, dan makanan khas. Awalnya, masyarakat menggunkan sistem barter. Namun, seiring perkembangan zaman sitem barter diganti dengan uang sebagi alat tukar.

Kunikan Pasar Terapung

Pasar tradisional ini masih bertahan hingga saat ini, seperti Pasar Terapung Lok Baintan dan Pasar Terapung Siring di Banjarmasin. Pasar Lok Baintan sendiri telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2016. Aktivitas jual beli dilakukan di atas perahu-perahu kecil yang berjejer di sungai. Para pedagang, yang mayoritas adalah perempuan (dikenal dengan sebutan acil-acil dalam bahasa Banjar) menjajakan dagangannya mulai dari hasil bumi, makanan khas seperti soto Banjar, hingga kerajinan tangan.

Baca Juga: Makna Mendalam di Balik Logo Provinsi Kalimantan Barat

Pasar ini juga memiliki waktu operasional yang unik, yakni dimulai sejak subuh hingga matahari terbit. Para pedangan akan menjual dagangan mereka menggunakan perahu tradisional hingga sore hari. Karena keterbatasan waktu ini, suasana pasar terapung selalu ramai dan penuh warna saat pagi hari, menciptakan pemandangan yang sangat fotogenik bagi wisatawan dan fotografer.

Upaya Pelestarian

Upaya pelestarian pun terus dilakukan pemerintah Kalimantan Selatan. Untuk menungkatkan nilai budaya dan pontensi ekonomi maka diadakalan setiap tahun Festival Pasar Terapung. Acara ini tidak hanya menjadi ajang promosi wisata tetapi juga berfungsi untuk melestarikan kebiasaan pasar tradisional di tengah modernisasi.

Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor, menyatakan bahwa festival ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberdayakan masyarakat lokal. “Pasar terapung adalah identitas budaya kita. Dengan terus melestarikannya, kita bisa memperkenalkan budaya Banjar ke dunia sekaligus meningkatkan perekonomian daerah,” ujarnya.

Bagikan ke sosial media