OpiniTerbaru

Negativity Bias: Saat Satu Hinaan Menutup Seribu Pujian

BORNEOBARU.ID – Manusia memang punya kecenderungan alami untuk mengingat hal negatif daripada hal yang positif. Fenomena ini disebut negativity bias. Otak kita merespons rangsangan negatif dengan lebih cepat dan intens. Negativity bias terjadi karena secara evolusi reaksi cepat terhadap bahaya memberi keuntungan bertahan hidup.

Banyak kajian dan ulasan ilmiah menegaskan adanya bias ini sebagai pola umum dalam perhatian dan memori manusia.

Baca Juga: Viral! Konten Kreator Hina Suku Dayak, Dikecam dan Terancam Sanksi Hukum

Penelitian neurosains juga menunjukkan alasan biologisnya. Amigdala akan menjadi lebih aktif ketika seseorang menerima hinaan atau teguran dibandingakn dengan menerima pujian.

Respon yang lebih kuat ini memadatkan ingatan tentang kejadian negatif sehingga ia lebih lengket dalam jangka panjang.

Beberapa studi eksperimen laboratorium tentang umpan balik sosial (positive vs negatif feedback) menemukan pola perbedaan respons perilaku dan elektrofisiologis yang konsisten dengan temuan ini.

Meskipun demikian, tidak selalu perasaan negatif itu bertahan sama kuatnya. Ada fenomena lain yang disebut fading affect bias. Di mana emosi negatif yang terkait sebuah kenangan sering kali memudar lebih cepat daripada emosi positif. Walaupun detail peristiwa negatifnya masih bisa tetap teringat.

Artinya, kita masih dapat mengingat siapa, kapan, dan apa yang dikatakan orang, walau intensitas rasa sakitnya berkurang seiring berjalannya waktu.

Anda mungkin pernah membaca klaim viral seperti “orang bisa mengingat hinaan sampai 20 tahun, tapi pujian hanya beberapa hari”. Klaim seperti ini sering tersebar di media sosial tanpa referensi ilmiah kuat.

Ada bukti bahwa hinaan dapat tertanam lama pada sebagian orang, tetapi durasi 20 tahun vs beberapa hari adalah angka sensasional. Hal ini sulit diterima secara luas, sebab memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor.

Oleh sebab itu, penting untuk kita menerima informasi yang belum diketahui kebenaran konkretnya.

Baca Juga: Praperadilan Gugurkan Status Tersangka Tambang Ilegal KRUS Samarinda

Meskipun demikian, kita juga perlu mengambil sikap yang bijak ketika mendapat kata-kata yang negatif. Pertama, menjaga bahasa ketika menjawab seseorang, dengan cara memberi kritik yang konstruktif dan kontekstual. Kedua, mencatat dan menyimpan pujian dengan sadar seperti menulis catatan kecil. Ketiga, melatih rasa atau mengontrol rasa ketika mendapat hal negatif.

Sebab, secara objektif hal-hal di luar kita adalah suatu yang netral sifatnya. Hanya saja, otak kita yang merespon sesuatu dengan emosi negatif.

Bukan mitos bahwa hinaan sering nempel lebih lama daripada pujian. Ada bukti psikologis dan neurosains yang mendukung perbedaan perlakuan otak terhadap rangsangan negatif vs positif. Namun efek tersebut bersifat kompleks dan dipengaruhi banyak faktor.

Jadi, klaim ekstrem tentang angka-angka lama harus diperlakukan skeptis kecuali didukung penelitian yang jelas. Dengan menyadari mekanisme ini, kita bisa lebih bijak memilih kata dan lebih aktif menyimpan momen positif dalam hidup.

Bagikan ke sosial media