Membaca Kesehatan Mental dari Kebiasaan Sehari-hari
BORNEOBARU.ID – Setiap orang memiliki rutinitas harian yang tentunya berbeda-beda. Dalam berbicara, bertingkah laku, berpikir, tidur, makan, dan sebagainya; manusia selalu memiliki ciri khasnya masing-masing. Hal ini bukan hanya menunjukkan perilaku harian biasa, tetapi juga menunjukkan kondisi mental seseorang kala itu.
Berbagai studi ilmiah menunjukkan bahwa perilaku sehari-hari seseorang merupakan cerminan nyata dari kondisi mental sesorang pada waktu tertentu. Kebiasaan seperti pola tidur, aktivitas fisik, interaksi sosial, pola makan, hingga penggunaan layar memiliki hubungan kuat dengan kesejahteraan psikologis.
Baca Juga: Kemnaker Buka Program Magang Enam Bulan Bergaji Rp 3,3 Juta
Artikel ini akan membahas perilaku-perilaku sehari-hari yang tampaknya remeh namun menunjukkan gejala tertentu terhadap kondisi mental seseorang.
Sulit tidur (insomnia)
Kondisi ini menunjukkan peningkatan resiko kecemasan dan depresi. Salah satu mekanisme yang ditemukan adalah “pre-sleep arousal” (kesulitan menenangkan pikiran sebelum tidur). Selain itu, gejala awalnya dapat berupa kebiasaan tidur yang tidak adaptif, serta pikiran cemas yang aktif di malam hari. Faktor-faktor ini meningkatkan risiko bahwa kecemasan/depresi menjadi lebih berat.
Tidur Terlalu Lama (Oversleeping)
Studi menemukan bahwa tidur yang jauh lebih lama dari biasanya dikaitkan dengan afek positif yang rendah dan afek negatif yang tinggi. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai tanda seseorang tengah dalam kondisi mood yang tidak stabil.
Oversleeping bisa memperburuk ritme sirkadian, menyebabkan ritme tidur-bangun tidak stabil, yang pada gilirannya memengaruhi mood dan fungsi mental.
Sering menunda-nunda
Hal ini dapat menunjukkan hubungan longitudinal antara prokrastinasi dan gangguan mental. Kecenderungan untuk menunda-nunda tugas kuliah, ternyata berkorelasi positif dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres. Mahasiswa yang sering menunda tugas lebih cenderung memiliki tekanan emosional yang lebih besar.
Baca Juga: Kasus Korupsi PLTU Kalbar Rugikan Negara Rp1,3 Triliun
Menarik diri dari orang lain
Menarik diri dari orang lain bisa menjadi sinyal bahwa seseorang tengah menghadapi beban mental; baik emosional, psikologis, atau sosial. Hal ini mungkin memerlukan perhatian khusus agar kondisi tidak makin memburuk.
Sensitif terhadap hal yang kurang jelas dan mudah marah
Orang yang mudah marah tanpa alasan yang jelas sering kali sebenarnya sedang memendam banyak emosi di dalam dirinya. Berdasarkan penelitian psikologi, ketika seseorang terbiasa menahan perasaan; seperti sedih, kecewa, takut, atau kesal tanpa pernah menyalurkannya, emosi itu tidak hilang begitu saja. Sebaliknya, emosi itu menumpuk di dalam diri dan membuat orang menjadi lebih sensitif serta mudah tersulut, bahkan oleh hal-hal kecil.
Seseorang yang kehilangan minat pada hal yang dulu ia sukai
Penelitian ilmiah menyebut kondisi ini sebagai anhedonia yaitu hilangnya kemampuan merasakan kesenangan atau gairah terhadap aktivitas yang sebelumnya dianggap menyenangkan.
Dari berbagai perilaku yang tampak sederhana seperti pola tidur, kebiasaan menunda, atau perubahan dalam berinteraksi sosial, kita sebenarnya bisa melihat gambaran kondisi mental seseorang.
Dengan memahami isyarat-isyarat kecil ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat lebih peka terhadap kondisi mental diri sendiri maupun orang lain Sehingga langkah bantuan atau perawatan bisa dilakukan lebih dini sebelum masalah psikologis berkembang lebih serius.


