Maskulinitas Orangutan: Flanged Males dan Pesona Visual
BORNEOBARU.ID – Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa orangutan memiliki ketertarikan yang sama seperti manusia dalam hal maskulin. Ketampanan atau maskulin bagi orangutan disebut flanged males yang memiliki bantalan pipi besar (flanges).
Studi menggunakan teknologi pelacak mata dilakukan oleh tim dari Universitas Utrecht, Apenheul, dan Universitas Leiden. Hasil penelitian menunjukan orangutan menghabiskan sekitar 55–60% dari waktu menatap pada foto jantan ber-flange. Sementara itu, orangutan hanya menghabiskan waktu menatap jantan tanpa flange hanya sekitar 40–45%.
Baca Juga: Tiga Kampus di Sintang Ikuti Kuliah Umum Bersama Wakil Bupati
Flanged males tidak hanya lebih menarik secara visual, tetapi juga memiliki keuntungan reproduktif. Studi-studi menunjukkan bahwa jantan ber-flange punya success rate reproduksi yang lebih tinggi dalam banyak populasi.
Hal ini mirip dengan konsep daya tarik maskulinitas manusia. Di mana sinyal fisik sering diasosiasikan dengan status dan potensi pasangan.
Meski demikian, para peneliti diingatkan bahwa ketertarikan ini bisa juga terkait kewaspadaan terhadap sosok dominan, bukan semata karena daya tarik seksual.
Baca Juga: Mahasiswa UPB Pontianak Laksanakan KKN di Desa Wajok Hulu
Tidak semua jantan berkembang menjadi maskulin secara fisik. Banyak jantan dewasa yang tetap unflanged meskipun mapan secara seksual. Proses menjadi flanged memerlukan sumber daya besar dan waktu panjang. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, sosial, dan lingkungan seperti stres, ketersediaan makanan, atau tekanan kompetisi lokal.
Menariknya, Tom Roth, ahli biologi perilaku dari Universitas Utrecht, membandingkan hasil penelitiannya dengan studi serupa pada manusia.
Terbukti dalam eksperimen yang mirip, manusia lebih memerhatikan wajah yang dianggap menarik (maskulin).
Ini menunjukkan bahwa respons terhadap maskulinitas visual bisa bersifat universal dalam primata, termasuk kita dan orangutan.


