Lonjakan Harga Pangan di Sintang, Bawang Merah Tembus Rp70 Ribu
BOENWOBARU.ID – Harga sejumlah komoditas pangan di Kabupaten Sintang mengalami lonjakan harga sejak akhir Mei 2025. Kenaikan harga pangan paling mencolok terjadi pada bawang merah, yang kini dibanderol hingga Rp70.000 per kilogram.
Hal ini menuai banyak keluhan dari masyarakat. Herman, seorang pedagang di Pasar Sayur Tugu BI, mengungkapkan bahwa kenaikan harga dipicu oleh meningkatnya biaya pengiriman bahan pangan ke wilayah Sintang.
Baca Juga: Ratusan Pelajar Ramaikan Ajang Talenta Sintang 2025 di Stadion Baning
“Kalau bawang merah ini karena pengiriman, benar-benar langsung melonjak. Bawang merah baru empat atau lima hari terakhir naik, kalau sayuran sudah lumayan lama,” tuturnya pada Senin, 16 Mei 2025.
Berdasarkan penuturann Herman, beberapa komoditas bahkan melonjak dua kali lipat dari harga normal. Bawang merah yang biasanya dijual Rp45.000 per kilogram kini naik menjadi Rp70.000 per kilogram. Sementara itu, tomat juga mengalami kenaikan dari Rp25.000 menjadi Rp40.000 per kilogram. Tak hanya itu, timun juga mengalami kenaikan dari Rp15.000-Rp18.000 kini dijual seharga Rp22.000 per kilogram.
Sementara itu, harga cabai rawit kini dijual seharga Rp80.000 per kilogram. Jeruk sambal juga mengalami kenaikan dari Rp15.000–Rp20.000 kini naik menjadi Rp30.000. Sayuran seperti pare, gambas, terong, dan kacang panjang kini ikut melambung dan dijual Rp25.000 per kilogram.
Menurutnya, kenaikan harga pangan ini menimmbulkan dampak positif dan negatif. Meskipun harga melambung tinggi, masyarakat mesti tetap membeli karena komoditas tersebut adalah kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Rapat Paripurna ke-3 DPRD Sintang Menuju Good Local Governance
“Kalau barangnya langka lebih enak jualnya, banyak yang nyari. Tapi pas banyak, banyak yang jual juga jadinya kan, jadi lambat penjualannya, banyak dibuang. Dampak negatifnya ya pembeli mengeluh kenapa harga naik,” terangnya.
Lebih lanjut, Herman menjelaskan bahwa harga barang bergantung pada jumlah pasokan dan harga dari para petani. “Harga barang di pasar juga menyesuaikan dengan harga dari petani. Jadi memang sudah rantainya begitu,” jelasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan resmi dari Pemerintah Kabupaten Sintang terkait penyebab pasti naiknya harga pangan. Namun, kenaikan semacam ini umumnya dipicu oleh gangguan distribusi, musim panen yang tidak merata, hingga terbatasnya pasokan dari produsen.