Kayu Ulin: Si Besi dari Hutan Kalimantan yang Kian Langka
BORNEOBARU.ID – Kayu ulin atau kita sering menyebutnya dengan kayu besi atau bulian, adalah salah satu kayu keras paling terkenal dari Kalimantan. Ulin juga memiliki nama ilmiah Eusideroxylon zwageri.
Kayu ini menjadi spesial karena ketahanannya terhadap lapuk dan serangan rayap. Hal ini menjadikan kayu ulin banyak diminati untuk pembuatan rumah adat, jembatan, bahkan tiang dermaga.
Baca Juga: Negativity Bias: Saat Satu Hinaan Menutup Seribu Pujian
Jika dilihat dari waktu pertumbuhan, ulin adalah jenis tanaman yang tumbuh dengan rentang waktu yang lama. Sehingga, setiap batang besar yang dihasilkan mempresentasikan puluhan, bahkan ratusan tahun pertumbuhan alami.
Dilihat dari persebarannya, ulin tersebar hampir di seluruh pulau Kalimantan dan beberapa di bagian Sumatra. Meskipun demikian populasinya semakin berkurang. Pemerintah dan lembaga konservasi melaporkan bahwa penurunan ini akibat dari penebangan berlebihan, konversi hutan, serta regenerasi yang lambat.
Karena itu, kayu ulin diberi perhatian khusus karena jumlahnya sekarang yang semakin langka.
Berdasarkan data dari KLHK, produksi nasional menunjukan angka yang relative kecil. Pada Mei 2025 produksi kayu ulin dilaporkan sekitar 1.338 m³, dengan kontribusi besar dari Kalimantan Timur.
Jika diakumulasikan mulai Januari-Mei 2025 angka produksi mencapai 2.953 m³. Ini menandakan bahwa pasokan alamiah ulin tidak besar dan terpusat, bukan indikator jumlah pohon hidup yang mudah diukur.
Berdasarkan penelitian dan laporan konservasi terdapat dua hal penting yang menyebabkan kelangkaan kayu ulin. Pertama, pertumbuhan kayu yang sangat lambat, butuh lebih dari 100 tahun untuk dapat dikomersialkan. Kedua, eksploitasi dan tekanan lahan menjadikan populasi yang tersisa tersebar dan genetika lokal rentan.
Oleh sebab itu, ada tiga hal yang perlu dilakukan, mulai dari perlindungan pohon di hutan, penanaman di kawasan tertentu, dan penguatan penegakan hukum. Kajian genetika dan studi pertumbuhan baru-baru ini menggarisbawahi kebutuhan pengelolaan berbasis ilmiah untuk menjaga keragaman genetik dan potensi regenerasi.
Kayu ulin dari Kalimantan Barat memang terkenal tangguh dan awet, tapi keberadaannya di alam kini makin langka. Pohon ini tumbuh sangat lambat, sementara penebangan di masa lalu berlangsung besar-besaran. Akibatnya, persediaannya menipis dan sulit ditemukan dalam jumlah banyak. Meski tidak ada angka pasti soal jumlah pohon ulin yang tersisa, data produksi kayu menunjukkan pasokannya sangat terbatas.