Gawai Dayak Desa Emparu: Menuju Tahun Baru Yang Lebih baik
BOENOBARU.ID – Pada Minggu, 29 Juni 2025, Desa Emparu Baru, Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang, Kalbar, menggelar Gawai Dayak Sebagai ucapan syukur atas pesta panen. Gawai ini diselenggarakan selama dua hari, mulai dari hari kemarin sampai hari ini, Senin 30 Juni 2025.
Sama seperti tahun sebelumnya, gawai Dayak ini selalu menjujung tinggi nilai budaya nenek moyang, supaya terus berkembang. Kegiatan tahun ini diisi dengan pembukaan Tuak Pemalai atau Tuan Petera (Tuhan).
Baca Juga: Kucing Merah Kalimantan Kembali Terlihat Setelah 20 Tahun di Kalimantan Utara
Seluruh panitia menyiapkan kegiatan tersebut mulai dari pagi hari hingga sore hari. Mereka memulai persiapan dengan menyembelih ayam yang akan dijadikan pegelak atau sesajen.
Ketua panitia, Tipas menyampaikan bahwa sesajen ini nantinya akan digunakan untuk membuka Tuak Pamali sebagai tanda Penyelapat Taun atau meninggalkan tahun.
“Penyelapat Taun memiliki arti meninggalkan tahun yang lama untuk menuju tahun yang baru. Supaya dalam berladang mendapat banyak padi,” ungkapnya.
Tipas melanjutkan bahwa esensial Gawai ialah Penyelapat Taun ini. “Gawai ini, konteksnya ialah Ngelapat Taun. Kalo kita cari konteks yang sebenarnya, bukan hanya pesta pora biasa. Jika hanya persta pora biasa itu bukan termasuk Gawai, hanya Keramai biasa,” tegasnya.
Dalam Gawai Dayak biasanya ada upacara adat Ngamik Semengat Padi, namun tahun ini kebetulan tidak diselenggarakan.
Tipas mengungkapkan bahwa Ngamik Semengat Padi tidak harus pada pesta Gawai, bisa sebelum membukan ladang.
“Itu memang bisa di musim gawai, bisa juga tidak. Pokoknya sebelum kita menebang dan menebas ladang, kita boleh mengadakan Ngamik Semengat Padi tadi,” terangnya.
Baca Juga: Rapat Ketiga PGD Sintang 2025: Larang Jual Dan Konsumsi Arak
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa setiap tahun kegiatan adat ini terus berkembang. “Setiap tahun, saya lihat kegiatan adat terus berkembang, terutama setelah adanya teknologi. Sebelumnya, sekitar sepuluh tahun belakangan, kegiatan adat seperti ini sempat tenggelam,” ujarnya.
Menurutnya, budaya ini berkembang karena adanya inisiatif dari anak muda. Jika dulunya anak muda belajar karena ditunjuk untuk belajar, sekarang anak muda datang sendiri untuk belajar.
Pada malam pembukaan, ketua panitia mengucapkan kalimat sampi sebagai mantra untuk membuka Tuap Petara. Setelah sampi selesai diucapkan, semua orang yang berada di atas rumah adat diwajibkan untuk meminum Tuak Petara tersebut. Dengan demikian, Gawai Dayak Desa Emparu Baru resmi dibuka.