PSK Serbu IKN: Ancaman Sosial di Balik Kota Masa Depan
BORNEOBARU.ID – Belum sempat diresmikan, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara heboh karena gelombang pekerja seks komersial (PSK) dari berbagai kota mulai berdatangan. Data Satpol PP Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat bahwa sejak Januari hingga Juni 2025, 64 PSK diamankan dalam razia yang digelar di kawasan Sepaku, jantung dari pembangunan IKN.
Baca Juga: Uskup Sintang Buka Pelatihan KOMSOS di Rumah Retret Kelam
Para PSK datang dari berbagai wilayah, mulai Bandung, Makassar, Yogyakarta, Balikpapan, hingga Samarinda. Mereka telah menyesuaikan diri dengan kondisi kota baru, tidak lagi secara terbuka seperti dulu. Jasa mereka kini ditawarkan melalui aplikasi chat seperti MiChat dan platform media sosial.
Tarifnya variatif: Rp 400.000 sampai Rp 700.000 untuk satu kali layanan. Hal ini belum termasuk sewa kamar harian yang mencapai Rp 300.000 per malam.
Berdasarkan pemaparan dari Kepala Satpol PP Kabupaten Penajam Paser Utara, Bagenda Ali, kepada awak media. Ia mengungkapkan bahwa para PSK juga berpindah-pindah tempat. Misalnya hari ini di kos harian, esok di penginapan sederhana agar aman dari razia. Hingga operasionalnya cepat, sulit dijangkau, dan sulit ditelusuri.
Baca Juga: Komsos Keuskupan Sintang Gelar Pelatihan Pewartaan Digital
Satpol PP dan Otorita IKN merespons dengan membongkar delapan warung remang-remang yang diduga menjadi pusat prostitusi tersembunyi. Namun, langkah ini belum sepenuhnya efektif karena jebakan digital para PSK makin licin dari pantauan aparat.
IKN bukan sekadar soal semangat pembangunan dan smart city. Jika persoalan sosial seperti prostitusi online tidak ditangani komprehensif, meliputi data intelijen digital hingga pemberdayaan sosial, bisa saja muncul “zona abu-abu” di tengah kota baru. Infrastruktur fisik harus diimbangi tatanan moral dan sosial.