6 Guru Tewas Dibakar Hidup-Hidup oleh KKB di Yahukimo
BORNEOBARU.ID – Telah terjadi tragedi pembunuhan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Jumat, 21 Maret 2025. Kejadian tersebut mengakibatkan enam(6) guru kontrak tewas akibat serangan brutal yang dilakukan oleh KKB di Distrik Anggruk di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Selain menelan koban jiwa, kejadian tersebut juga mengakibatkan sejumlah fasilitas pendidikan, termasuk Gedung sekolah dan rumah guru ludes terbakar.
Baca Juga: Dugaan Penyalahgunaan Dana Desa oleh Kades Beloyang
Kronologi Kejadian
Pada 21 Maret 2025, KKB menyerang Distrik Anggruk di Kabupaten Yahukimo. Kejadian ini diperkirakan terjadi pada pukul 17.00 WIT yang menewaskan 6 orang guru. Mereka tewas dengan cara dibakar hidup-hidup di dalam rumah.
Selanjutnya, pada 22 Maret 2025, Pemda Yahukimo mengevakiasi 58 guru dan tenaga kesehatan dari berbagai listrik ke Wamena menggunakan pesawat. Namun, akses penerbangan terganggu oleh cuaca buruk.
Setelahnya, pada 23 Maret 2025, upaya evakuasi terus berlangsung meskipun terkendala dalam penerbangan dan belum ada pos keamanan permanen.
Identitas Para Korban
Para korban yang mengabdi di SD YPK Anggruk dan fasilitas kesehatan setempat terdiri dari dua guru asal Kupang, tiga dari Flores, dan satu dari Atambua. Identitas mereka yang telah terkonfirmasi adalah Sdri. T (guru), Sdri. F (guru), Sdr. F (guru), dan Sdri. I (tenaga kesehatan). Dua korban lainnya masih dalam proses identifikasi.
Baca Juga: Pengesahan RUU TNI oleh DPR Meski Mendapat Penolakan
Tindakan Aparat Keamanan
Menaggapi kejadian tersebut, aparat keamanan bergerak cepat ntuk melakukan pencarian terhadap pelaku dan meningkatkan patrol. Menurut Letkol Inf Candra Kurniawan tindakan yang dilakukan oleh KKB ini suatu yang biadab. Pengamanan ketet juga diberlakukan untuk evakuasi korban karena Distrik Anggruk sangat berbahaya. Tim harus menghadapi medan berat serta ancaman gangguan dari kelompok bersenjata. Dengan kerja sama yang baik, jenazah para korban berhasil dievakuasi ke Bandara Dekai, Kabupaten Yahukimo, untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Dampak dan Reaksi
Kejadian ini memaksa gelombang pengungsian besar-besaran. Para guru, tenaga kesehatan, warga, dan anak-anak dari beberapa distrik di Yahukimo, seperti Heriyapini, Kosarek, Ubalihi, Nisikni, Walma, dan Kabiyanggama, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Insiden ini juga mendapat kecaman besar dari berbgai pihak.
Mereka menilai bahwa tindakan berutal ini sebagai pelagaraan HAM berat. Mereka juga mendesak agar pemerintah serta aparat keamanan untuk segera mengambil langkah tegas dalam mengusut tuntas kasus ini serta menjamin keamanan warga sipil di Papua.